Tulisan ini membahas skema warna kubus rubik. Coba perhatikan rubik yang anda miliki. Jika anda memiliki rubik dengan skema warna standar, maka anda akan menemukan bahwa warna putih berseberangan dengan warna kuning, Hijau berseberangan dengan biru, Merah dengan Orange. Skema warna ini adalah skema warna standar yang digunakan oleh perusahaan Rubik’s cube. Dengan menggunakan skema warna ini, sebagian besar speedcuber yang mengunakan metode layer by layer (begginer, friddich, MGLS, ZB, dll) yang memakai skema warna ini menggunakan warna putih sebagai dasarnya. Ini artinya, mereka membuat cross pada warna putih dan last layer berwarna kuning.
Dibelahan dunia lain, para cuber dari jepang yang memang terkenal sangat cepat, (TOP cuber di dunia di dominasi oleh orang Asia) menggunakan skema warnanya sendiri, dikenal dengan sebutan jappanese color scheme. Dalam skema warna ini warna putih berlawanan dengan biru, kuning dengan hijau, dan merah masih dengan orange. Singkatnya, warna biru dan kuning bertukar tempat.
Namun coba kita analisa lebih jauh. Dengan asumsi metode yang digunakan adalah metode layer yang dimulai dari membuat cross, seorang speedcuber yang menggunakan BOY (Color scheme standar) cenderung memulai cross dengan warna putih, dan dalam F2Lnya mengabaikan warna kuning. Berbeda dengan kecenderungan mereka yang menggunakan skema warna jepang, cross dimulai dari biru, dan dalam f2l mengabaikan warna putih.Seperti yang kita lihat diatas, dalam kecepatan tinggi lebih mudah untuk mencari warna biru dan mengabaikan warna putih. Itulah yang ‘mungkin’ menjadi dasar bagi mereka yang beranggapan bahwa menggunakan japanese color scheme lebih menguntungkan. Namun lagi2, ini adalah masalah kebiasaan.
Apakah pemilihan skema warna berhubungan dengan kecepatan? Well, belum ada yang mencoba membuktikannya. Sebagian besar orang masih beranggapan bahwa ini hanya masalah preferensi dan kebiasaan.
Dibelahan dunia lain, para cuber dari jepang yang memang terkenal sangat cepat, (TOP cuber di dunia di dominasi oleh orang Asia) menggunakan skema warnanya sendiri, dikenal dengan sebutan jappanese color scheme. Dalam skema warna ini warna putih berlawanan dengan biru, kuning dengan hijau, dan merah masih dengan orange. Singkatnya, warna biru dan kuning bertukar tempat.
Namun coba kita analisa lebih jauh. Dengan asumsi metode yang digunakan adalah metode layer yang dimulai dari membuat cross, seorang speedcuber yang menggunakan BOY (Color scheme standar) cenderung memulai cross dengan warna putih, dan dalam F2Lnya mengabaikan warna kuning. Berbeda dengan kecenderungan mereka yang menggunakan skema warna jepang, cross dimulai dari biru, dan dalam f2l mengabaikan warna putih.Seperti yang kita lihat diatas, dalam kecepatan tinggi lebih mudah untuk mencari warna biru dan mengabaikan warna putih. Itulah yang ‘mungkin’ menjadi dasar bagi mereka yang beranggapan bahwa menggunakan japanese color scheme lebih menguntungkan. Namun lagi2, ini adalah masalah kebiasaan.
Apakah pemilihan skema warna berhubungan dengan kecepatan? Well, belum ada yang mencoba membuktikannya. Sebagian besar orang masih beranggapan bahwa ini hanya masalah preferensi dan kebiasaan.
4 komentar:
Sebenarnya sich saya lebih setuju memakai Japanesse Color Scheme. Tapi, International Standart sudah terlalu banyak yang pakai sehingga mau nggak mau harus ikutan yang mayoritas.
Betul. Itu hanya masalah 'kebiasaan' saja. Ya, perlu lah qta jg mencoba membiasakan diri dgn kedua jenis colour scheme tsb :-). Sukses selalu, bro :-)
Belakangan ini mulai banyak yang beralih ke Japanese color scheme lho.
Para cuber-cuber tercepat Indonesia yang saya tahu menggunakan Japanese color scheme: Alifianto Adi, Heribertus Ariando, Juan, dan Arif.
www.speedsolvers.com
halah, mau japaneeseeeee mau international, ga masalah, sama sama ga ngaruh, hehehe..........
Posting Komentar