Jumat, 30 Januari 2009

Behind The Rubik's Cube

Dan Knight adalah seorang dosen Matematika dan programmer profesional. Usianya masih sangat muda dan belum menikah. Dibalik kesehariannya, dia menyimpan sebuah rahasia kecil yang tidak begitu banyak orang mengetahuinya. Dia adalah mantan pemegang rekor dunia untuk menyelesaikan Rubik’s cube dalam waktu tercepat. Dalam waktu senggangnya di kelas dia sering menggunakan Rubik’s cube untuk menjelaskan beberapa hal sehubungan dengan geometri, prinsip alogaritma, dll.Sekarang tentu saja, Dan Knight bukan lagi pemegang rekor dunia, namun hal seperti ini adalah suatu hal yang bisa membuat seseorang tersenyum simpul karena menyimpan sebuah rahasia kecil bahwa ia bisa menyelesaikan sebuah rubik’s cube dalam waktu tertentu. Yang tidak semua orang di dunia ini bisa melakukannya. Anda bisa saja bertemu seseorang, kolega bisnis, atau teman baru, dan menyelesaikan Rubik’s cube di hadapan seseorang selalu saja menimbulkan ketertarikan sendiri.Anda mampu menyelesaikan sebuah Rubik’s cube dalam waktu tertentu dan seseorang dengan merendahkan berkata: “Aku kenal seseorang yang mampu menyelesaikannya dalam…(dia menyebutkan waktu yang lebih cepat dari anda)”. Cukup menyebalkan, eh? Inilah yang anda bisa lakukan: Datangkah ke sebuah kompetisi yang diakui oleh World Cube Association. Tidak peduli apakah anda akan menang atau tidak, tapi satu hal yang pasti, anda akan mendapatkan WCA rank. Sebuah nomor peringkat yang menunjukkan posisi anda dalam peringkat dunia. Ya, mirip seperti para atlit tennis, bulu tangkis, golf, dll. Anda akan bisa berkata bahwa, “Saya adalah peringkat 3036 dunia yang tercepat dalam memecahkan Rubik’s puzzle ini. Hummm, menarik kan?Di Indonesia tentu saja, permasalahannya dalah belum pernah ada sebuah kompetisi Rubik’s cube yang diadakan dibawah lisensi World Cube Assosiation, sehingga para pemain Rubik Cepat di Indonesia tidak mendapat pengakuan dari Dunia. Kita memiliki Abel Brata, Sunu, dd crow, dan masih banyak lagi yang mampu menyelesaikan Rubik’s cube lebih cepat dari Rekor yang dipegang Dan Knight (20 detik) dan seseorang diantara mereka sebenarnya mampu menembus peringkat 100 besar dunia. Mendatangkan delegasi WCA dan menyelenggarakan turnamen berlisensi internasional tentu saja, membutuhkan komitmen, kerja keras penggalangan sponsor, dll mengingat dana yang besar dan kurang seriusnya masyarakat kita terhadap jenis ‘olahraga’ ini.Speedcubing sebenarnya adalah aktivitas yang mampu meningkatkan reflek gerak syaraf motorik dan sensorik kita, serta dalam varian permainannya mampu meningkatkan daya ingat (blindfolded, multi blidfolded) dan juga Logika (Fewest move contest). Dilihat dari unsur positif yang terkandung dan dibandingkan dengan aktifitas lain yang sudah dianggap olahraga seperti bridge dan catur maka speedcubing sudah lebih dari cukup untuk dianggap sebagai olahraga.Speedcubing akan mampu menjadi alternatif permainan yang positif diantara gempuran permainan canggih yang kadang kurang edukatif dan mengandung unsur kekerasan. Speedcubing juga mampu meningkatkan daya nalar dan memberi aktifitas positif sekaligus adiktif bagi anak anak di usia dini di waktu senggang mereka selain belajar.Misi kami (virkill.com dan rekan rekan) saat ini adalah memperkenalkan gelombang baru permainan Rubik’s cube ini (yang berbeda dengan apa yang kita kenal tahun 80-90an lalu), memperkenalkan para speedcuber kita pada dunia, dan suatu saat nanti mendatangkan delegasi dunia untuk datang ke Indonesia. Alon alon waton kelakon, selagi kami juga menikmati permainan ini.
Courtesy: Virkill.com

Selasa, 27 Januari 2009

The Cubers: The Movie Feature

Richard LeBlanc, in a sense, knows not of what he speaks. The writer, co-director and co-producer of Cubers, a doc about elite Rubik's Cube solvers premiering at the AtlanticFilm Festival, has yet to conquer thepuzzle himself.
"I'm definitely an outsider," LeBlanc says, "and these Cubers let me into their community and into their lives. It became a bit of a joke that I don't solve the Cube because I just don't have that skill."
LeBlanc is on the phone from Toronto to talk about Cubers, co-directed and produced by Halifax's Walter Forsyth, which profiles enthusiasts from as far away as Israel and France, and portrays their trials and tribulations at world championships for speed Rubik's Cube solving.
The filmmaker had the Cube on his mind for many years. Originally determined to make a mockumentary about the role the Rubik's Cube played in an old family story, LeBlanc decided to take a more sincere approach when that project fell through. Appropriately enough, it was Seven Towns Ltd., the license holders of the Rubik's Cube, that sparked the notion of making a documentary, after LeBlanc wrote them to ask their permission to use the Cube in his film."They wrote back saying that yes it would be OK, it would be a pleasure for us to let you use the Cube, we will arrange the paperwork through our lawyer at no cost, and if you are ever interested in doing further work on this, the name of the person organizing the world championships in Toronto this summer is Dan Gosbee, and here is his contact information.
"I immediately phoned Dan and went to meet him that afternoon, and as soon as I met him I thought, 'There is a documentary here.' And that's how it started."
Cubersfits into the genre of documentaries that LeBlanc calls the "competition doc"---films about people with very niche talents and a desire to be recognized for them, while the viewer becomes caught up in the subject's pursuits. True to form, Cubersgets you involved in the characters' personal lives before it drops you into the contest. LeBlanc perfectly articulates the underlying motifs of most competition docs when he talks about the themes that drive the film.
"For me, it was always the themes of obsession and the need to belong. I think that drove these people," LeBlanc says. "From an outside perspective they may seem like misfits, but when they get together, you see a cohesive community of competitors exchanging moves and algorithms.
"Some people are at these competitions only to be there and to get their best personal time. They know they aren't going to win but they are there to get their best personal time and to spend time with people who are like them. I think that is universal, the search for your community in theworld. It's something we all do. It's a basichuman need."
Even though Cuberscontains all the crowd-pleasing hallmarks of a competition doc, LeBlanc's allegiance is to the Cubing community as a whole.
"I had to respect the Cubing community because they gave me so much. I told them on the first day that I am making a movie for the Cubing community; I am making a movie about the Cubing community, but that I am making a movie for people who don't Cube."
Two of the champion Cubers will be at the premiere, and will host workshops on solving the Rubik's Cube on Saturday, September 13 (2-5pm, Park Lane, main mall level). While LeBlanc has promised his subjects that he will conquer the Cube by the film's premiere, the audience is only obliged to watch the movie.

Kamis, 08 Januari 2009

Ernö Rubik

The Rubik's Cube is one of the most challenging and addictive puzzles of all time, with over 300 million copies sold worldwide. But where did this magical toy come from? It all started in the imagination of Ernö Rubik. Rubik — an architect and professor from Budapest, Hungary — was interested in geometry, 3D forms, and games. In 1974, as he pondered how objects transform in space over time, he generated the concept for one of the most mentally challenging puzzles to date: the Rubik's Cube. This colorful mechanical puzzle, which he originally dubbed the "Magic Cube," allowed for 43 quintillion possible arrangements. He found that the Cube had instantaneous appeal, and generated a compulsion to play it. While it was challenging to produce and distribute the toy in communist Hungary, Rubik persevered. The Cube's popularity grew slowly throughout Hungary, however, by 1980, word had spread far enough to gain the interest of Ideal Toys. Rubik made a deal with Ideal Toys, who renamed the toy "Rubik's Cube" and released it internationally. The rest is history!

Cubers : The Documentary

Cubers merupakan sebuah film dokumenter yang disutradarai oleh Richard LeBlanc dan diproduseri Walter Forsyth. Film yang menghabiskan dana Puluhan ribu dollar ini berkisah tentang para cuber dari berbagai belahan dunia seperti israel, inggris, Amerika Serikat, dan Prancis yang bersiap siap untuk menghadapi kejuaraan Speedcubing Internasional yang diadakan bertepatan dengan perayaan ke 25 tahun Mainan Rubik's Cube.

The Story
Kisah dari Film inibergulir diseputar latar belakang dari beberapa speedcuber termasuk persiapan, dan kisah dibalik kegemarannya terhadap Rubik's cube. Seorang pemuda dari israel lahir ditengah penganut Yahudi murni, didukung penuh oleh Ayahnya, pemuda ini memiliki impian agar namanya tercatat dalam Guinnes Book of Record sebagai Pemain Rubik dengan mata terpejam (Blindfolded) tercepat di dunia. Hari Harinya dipenuhi oleh obsesinya mencatat sejarah bagi keluarganya. Lain halnya dengan Rafael (Gambar disamping). Pemuda asal Mexiko ini berdomisili di Amerika serikat. Awalnya dia memiliki seorang saudara kembar perempuan yang meninggal di usia Remaja. Permainan Rubik's cube ini adalah pelariannya setelah ia kehilangan saudara kembarnya. Hari harinya ia isi dengan permainan ini dan berharap bisa mendapatkan sebuah prestasi tertentu di kejuaraan dunia yang akan datang. Lain halnya dengan Jean Pons, pemuda asal prancis yang sangat berambisi untuk menjadi juara dunia. Dia berlatih sangat intensif, bahkan memiliki pelatih pribadi.
Overview
Secara umum, film ini sangat menarik. Ceritanya bergulir dengan menarik, sedikit emosional, dan enak ditonton bahkan bagi orang yang sama sekali tidak mengerti dunia speedcubing. Namun bagi sesama speedcuber, film ini dinilai dapat memicu pemahaman yang salah tentang speedcubing. Penonton dapat beranggapan bahwa para pemain speedcubing adalah stereotype dari para ambisius, antisosial, nerd, dll. Cubers juga seolah menyampingkan kenyataan bahwa meskipun permainan ini berasal dari eropa (Hungaria), para master dari permainan ini justru di dominasi oleh orang Asia.
Film dokumenter lain yang tengah dinantikan adalah Cubefreak yang rencananya akan dirilis di awal tahun 2009. Berbeda dengan Cubers yang menjadikan random speedcuber sebagai subjeknya, Cubefreak bersubjek para Master dari speedcubing seperti Shotaro Makisumi, Leyan Lo, Tyson Mao, Sunil, dll.

CubeMania.Org

Tanpa sengaja saya menemukan web ini. Dengan desain yang sederhana namun menyediakan fitur yang memang di desain untuk seorang cuber, web ini pantas dijadikan homepage di browser anda. Cubemania.org memungkinkan anda untuk menghitung kecepatan bemain rubik, dan secara otomatis menampilkannya dalam bentuk grafik. Anda bisa melihat sejarah pencatatan waktu anda, baik rata rata maupun best time. Catatan waktu yang timbul juga secara otomatis masuk dalam ranking untuk seluruh member yang ada di cubemania.org yang mencapai ribuan. Ada 4 jenis yang bisa dimainkan untuk Rubiks cube (2×2x2 hingga 5×5x5) yakni speed, one handed, blindfolded, dan feet. Untuk jenis puzzle yang dimainkan cukup beragam yakni rubiks dari 2×2x2 hingga 7×7x7. Selain itu amsih ada Rubik’s clock, Magic, master magic, square one, piraminx, megaminx, dan masih banyak lagi. Lebih dari itu, anda bisa membuat kompetisi dan menantang user lain untuk bermain secara online. Anda juga bisa menampilkan grafik user lain dan langsung membandingkan dengan grafik kecepatan anda. Tertarik?

International Standard Color Scheme VS Japanesse Color Scheme

Tulisan ini membahas skema warna kubus rubik. Coba perhatikan rubik yang anda miliki. Jika anda memiliki rubik dengan skema warna standar, maka anda akan menemukan bahwa warna putih berseberangan dengan warna kuning, Hijau berseberangan dengan biru, Merah dengan Orange. Skema warna ini adalah skema warna standar yang digunakan oleh perusahaan Rubik’s cube. Dengan menggunakan skema warna ini, sebagian besar speedcuber yang mengunakan metode layer by layer (begginer, friddich, MGLS, ZB, dll) yang memakai skema warna ini menggunakan warna putih sebagai dasarnya. Ini artinya, mereka membuat cross pada warna putih dan last layer berwarna kuning.

Dibelahan dunia lain, para cuber dari jepang yang memang terkenal sangat cepat, (TOP cuber di dunia di dominasi oleh orang Asia) menggunakan skema warnanya sendiri, dikenal dengan sebutan jappanese color scheme. Dalam skema warna ini warna putih berlawanan dengan biru, kuning dengan hijau, dan merah masih dengan orange. Singkatnya, warna biru dan kuning bertukar tempat.

Namun coba kita analisa lebih jauh. Dengan asumsi metode yang digunakan adalah metode layer yang dimulai dari membuat cross, seorang speedcuber yang menggunakan BOY (Color scheme standar) cenderung memulai cross dengan warna putih, dan dalam F2Lnya mengabaikan warna kuning. Berbeda dengan kecenderungan mereka yang menggunakan skema warna jepang, cross dimulai dari biru, dan dalam f2l mengabaikan warna putih.Seperti yang kita lihat diatas, dalam kecepatan tinggi lebih mudah untuk mencari warna biru dan mengabaikan warna putih. Itulah yang ‘mungkin’ menjadi dasar bagi mereka yang beranggapan bahwa menggunakan japanese color scheme lebih menguntungkan. Namun lagi2, ini adalah masalah kebiasaan.

Apakah pemilihan skema warna berhubungan dengan kecepatan? Well, belum ada yang mencoba membuktikannya. Sebagian besar orang masih beranggapan bahwa ini hanya masalah preferensi dan kebiasaan.

Haiyan Zhuang's Record (Weird but Amazing)

Beberapa waktu lalu seseorang dengan nick a small kitten menyatakan rasa curiganya atas rekor yang dipegang oleh Haiyan Zhuang yang menempati peringkat 9 dunia untuk kelas 3×3x3 Blindfolded. Gambar berikut adalah cuplikan dari rekor Zhuang yang sempat saya print screen. Detailnya anda bisa melihat disini. Apa yang aneh dari rekor disamping? Benar, selisih kecepatan antara regular speedsolve dengan Blindfoldednya tidak berbeda jauh. Hanya terpaut 8 detik. Dengan asumsi bahwa kecepatan memorizationnya tidak mungkin kurang dari 10 detik (rekor tercepat adalah 11 detik Unoficial World record), maka ini berarti kecepatan menyelesaikan rubik dengan mata tertutupnya lebih cepat dibanding saat mata terbuka!!! Sekedar informasi bahwa menyelesaikan rubik dengan mata terbuka (speedsolving) menggunakan metode berbeda dengan yang digunakan pada saat seseorang menyelesaikan Rubik dengan mata tertutup. Seseorang secara teori bisa saja mempelajari tekhnik BLD (blindfolded) tanpa perlu mempelajari metode speedsolving terlebih dahulu. Namun, hal ini sangat-sangat-sangat jarang terjadi. Dan Haiyan Zhuang mungkin orang pertama yang dikenal melakukan hal ini.Sebenarnya tidak ada bukti bahwa zhuang tidak menguasai metode speedsolving. Masuk akal jika aksinya ini (yang menggunakan metode BLD untuk speedsolving) dilakukan sebagai pemanasan untuk mencapai rekor BLDnya. Meskipun banyak yang bertanya2 (termasuk saya), mengapa dia tidak latihan di waktu lain? Well, memang adakalanya dia perlu melatih kecepatannya dalam kondisi tekanan kompetisi. Namun tetap saja, dengan tangan secepat itu, seharusnya dia bisa mendapatkan peringkat yang lumayan dalam reguler speedsolve. Mungkin saja dia tidak perduli dengan reguler 3×3x3 speedsolve, dia hanya berkonsentrasi pada rekor Blindfoldednya. Sebagai hasil, Zhuang menempati peringkat kedua dalam kejuaraan tersebut untuk kelas 3×3x3 Blindfolded.Ada ada saja…. Tapi tetap salut sama zhuang.

Rubik Cube 4x4x4 and Rubik Cube 2x2x2 has arrived

Monster ini datang tempo hari. dikenal sebagai Rubik's Revenge atau Rubik's 4x4x4. Berbeda dengan Rubik's cube (3x3x3), dalam kondisi teracak, sulit untuk menentukan warna yang seharusnya berada di sisi tertentu. Secara teori, menyelesaikan rubik jenis ini adalah:
1. Membangun warna center berdimensi 2x2 top, botom, diikuti keempat warna lainnya.
2. Menyatukan warna edge sehingga membentuk pasangan edge.
3. Menyelesaikan seperti 3x3x3
4. Menyelesaikan parity.

Dari keempat langkah tersebut, wajar jika parity dikenal sebagai monster yang sebenarnya. Alogaritma untuk menyelesaikan parity dikenal panjang dan rumit untuk setiap kasusnya. Contaoh : Parity untuk mem'flip' pasangan edge : l2 B2 l U2 l U2 (x') U2 l U2 l' U2 l U2 l2 U2 dan r2 B2 r' U2 r' U2 (x') U2 r' U2 r U2 r' U2 r2 U2

Cukup bikin males....Apalagi, dengan besarnya cube yang menyusahkan untuk fingertrick serta panjangnya alogaritma, bisa dipastikan ini akan mengkonsumsi waktu yang cukup banyak dalam speedsolving. Apalagi, kemungkinan munculnya parity adalah sekitar 50:50. Ini artinya 2 speedcuber dengan average solving yang sama bisa kalah/menang karena beruntung mendapatkan parity case.....


Okey..cukup untuk yang pusing2. Sekarang untuk yang lucu dan imut...yakni Rubik's junior 2x2x2:
Benda lucu ini, bagi beberapa orang yang belum pernah mencoba memainkannya mungkin terkesan mudah. Kenyataannya tidaklah demikian, menyelesaikan junior cube tidak banyak perbedaan dengan menyelesaikan Rubik's 3x3x3.

Alogaritma yang digunakan untuk menyelesaikan jenis rubik ini pun tidak jauh berbeda dengan alogaritma 3x3x3. Perbedaannya adalah kita tidak perlu mengkhawatirkan edge karena setiap kepingnya adalah corner.

Dalam gambar disamping bisa kita kenali bahwa Rubik's Junior keluaran Rubik's company memiliki warna kuning bersampingan dengan warna putih yang artinya kubus ini menganut Japanese color scheme. Cukup aneh mengingat untuk Rubik's cube (3x3x3) menggunakan BOY (Western) color scheme yang berarti putih berseberangan dengan kuning, merah dengan orange, hijau dengan biru.